Senin, 25 Juli 2016

SUKSESMU DIBALIK PENGATURAN WAKTUMU

SUKSESMU DIBALIK PENGATURAN WAKTUMU         
          Saya itu sangat heran, sudah banyak orang yang saya jumpai yang sebenarnya mereka itu belum mempunyai pekerjaan tetap tapi lagaknya seperti seorang pebisnis. Apabila di antara mereka ditanya jawabnya, "............ sorry ya Mas, saya sangat sibuk tidak ada waktu!". Padahal kalau saya perhatikan banyak di antara mereka yang setiap hari menghabiskan waktunya hanya untuk "NONGBAR " nongrong bareng, sambil menunggu orang lewat yang menawarkan minta tolong bantuan jasa mereka. Memang mereka bekerja serabutan, bekerja apa adanya, tapi kalau seperti itu terus....ada apanya? Ada juga teman-teman saya yang bekerja di kantoran. Kalau diperhatikan tampak mereka sangat sibuk, serius, tanpa tolah toleh, pandangan searah hanya melototin laptop. Tahu tidak apa yang mereka kerjakan, pasti deh....kebanyakan mereka hanya update status. Namun kalau ditawarin suatu peluang mereka  bilang, ".....maaf dong lagi sibuk niiih!". Sibuk lagi...sibuk lagi! Sebenarnya, mereka tahu atau tidak ukuran sibuk itu. Orang sibuk itu artinya mereka mengerjakan suatu pekerjaan apabila setelah selesai pekerjaan itu ada hasilnya yang jelas.
       
            Sebenarnya, kasihan mereka itu! Mereka hanya menyia-nyiakan waktu. Apa mereka tidak tahu kalau waktu selalu berputar dan tidak ada yang dapat menghentikannya, kecuali kuasa Allah SWT. Pepatah mengatan, "alwaktu ka syaifin" waktu itu bagaikan pedang, apabila kita tidak mengatur waktu dengan sebaik mungkin maka kita akan digilas oleh perputaran waktu. Maka akan sia-sialah hidup kita tanpa prestasi apapun sebagai tanda kesuksesan dalam hidup ini.

            Andai saja mereka tahu 3 akibat dari perputaran waktu pasti mereka segera berbenah diri mengatur waktu untuk mengukir prestasi dan mengais sukses di dalam hidupnya. Perhatikan baik-baik 3 akibat dari perputaran waktu berikut ini:
1. Akibat perputaran waktu, usia kita terus bertambah. Kalau Anda hanya sibuk dengan hal-hal yang kurang bermanfaat, maka Anda akan menyesal di kemudian hari. Sebab, tiba-tiba Anda sudah tua tetapi belum punya apa-apa.
2. Akibat perputaran waktu, kesempatan hidup kita terus berkurang. Memang terkadang itu sangat ironi, ketika usia sedang bertambah kok malah berulang tahun bernyanyi-nyanyi bersuka ria. Bolehlah kita bersyukur atas keselamatan ketika usia kita sedang bertambah dengan banyak besedekah. Tapi, ya harus ingat dengan bertambahnya usia berarti kesempatan hidup Anda menjadi berkurang. Nah, kesempatan yang semakin sempit inilah yang harus Anda pikirkan. "Apa yang harus saya kerjakan dalam kesempatan hidupku yang semakin sempit ini yah... agar bisa menggapai sukses?"
3. Akibat perputaran waktu, kebutuhan hidup Anda makin bertambah. Memang ketikan dulu Anda masih sekolah belum serumit ini memikirkan kebutuhan hidup karena masih ditopang oleh orang tua. Barulah mungkin selepas Anda meninggalkan masa remaja mulai berpikir, "Bagaimana yah saya bisa mendapatkan pekerjaan yang enak, pengahasilan yang banyak, hidup bisa bahagia, dan tidur pun terasa nyenyak?" Namun ketika Anda telah menikah maka wajib hukumnya bagi Anda harus bekerja mendapatkan penghasilan yang layak agar dapat membahagiakan istri dan anak-anak tercinta. Kesuksesan Anda adalah kebanggaan mereka. Kalau Anda menghabiskan waktu hanya untuk nongbar, apakah rela Anda membiarkan keluarga Anda hidup selalu berteman dengan penderitaan.
  
                Saya juga berpikir bahwa mengatur waktu itu memang tidak mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun bukan berarti tidak bisa. Banyak juga orang yang pada awalnya kebingungan bagaimana mengatur waktu untuk dapat meraih sukses dalam hidupnya, tetapi setelah mereka mau berusaha belajar dan belajar terus akhirnya juga bisa. Dengan apa dan siapa saya harus belajar? Baiklah...tidak usah bingung! Di jaman serba internet gini kok bingung. Cari aja di internet buku panduan mengatur waktu yang , asalkan dipelajari dengan sungguh-sungguh dijamin Anda dapat mengatur waktu dengan baik bahkan dapat meningkatkan pencapaian penghasilan Anda secara luar biasa.

Ingatlah Allah Ta’ala berfirman,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).

Menurut ayat tersebut bahwa yang dimaksud sukses di sini bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga bisa menyelamatkan orang lain. Sukses inilah yang selamat dari kerugian di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, jika Anda ingin sukses maka tanamkanlah pada diri Anda empat sifat: (1) berilmu, (2) beramal sholeh, (3) berdakwah, dan (4) bersabar.

TIGA CIRI KEPRIBADIAN SUKSES

Sukses merupakan target utama dalam proses kehidupan bagi setiap orang. Untuk membuka cakrawala akan saya bawa kepada satu pengertian bahwa Webster mendefinisikan sukses sebagai kepuasan batin atau kebahagiaan karena pencapaian tujuan-tujuan tertentu dalam tahap-tahap kehidupan. Jadi, seseorang dikatakan sukses apabila mencapai keberasilan atas usaha yang dikerjakan dan atas keberhasilan itu ia merasa puas dan bahagia dalam hidupnya. Termasuk Anda, tentu Anda juga ingin meraih sukses dalam setiap aktivitas yang Anda jalani. Apapun profesi Anda, sukes menjadi harga mati harus selalu Anda perjuangkan untuk mewujudkannya.Memang tidak mudah untuk merealisasikan itu. Semua bergantung pada diri Anda, apakah Anda termasuk orang yang mempunyai kepribadian sukses atau tidak. Untuk mengetahui seperti apakah kepribadian Anda, maka berikut ini akan saya berikan kriteria orang yang mempunyai kepribadian sukses.

Ada 7 ciri, apabila semua ciri ini terdapat pada diri Anda dapat dipastikan Anda adalah orang yang mempunyai kepribadian sukses dan kelak pasti keberhasilan dalam segala hal menjadi milik Anda.

Pertama, Orang yang sukses itu mampu mengarahkan dan memimpin diri sendiri. Jadi, sebenarnya setiap orang itu adalah pemimpin minimal sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri. Maka sangat benar apa yang telah sabdakan oleh Rosulullah Saw,"Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya atas apa yang telah dipimpinnya". Perlu Anda ketahui bahwa diantara ciri seorang pemimpin adalah mempunyai otoritas untuk menentukan kebijakan dan mengatur. Ini berarti Anda harus bisa mengatur dan mengarahkan diri Anda sendiri menuju puncak kesuksesan. Jangan Anda mudah terprofokasi oleh kondisi lingkungan. Misal,bila teman-teman Anda di tempat kerja ada yang biasa terlambat dan ternyata mereka juga aman-aman saja, lantas Anda jangan ikut-ikutan. Anda harus mempunyai komitmen, seberapapun keterlambatan atau perbuatan indisipliner pasti akan menghambat proses keberhasilanku. Anda harus berperilaku wajar sesuai dengan noram dan aturan yang ada. Anda tidak usah berwajah manis di depan pemimpin Anda, karena bisa menjadi bumerang bagi diri Anda.

Kedua, orang yang sukses itu tidak suka mencari kambing hitam atas kesalahan diri sendiri. Anda jangan pernah mengkambinghitamkan apa dan siapapun, lingkungan, teman kerja, atau bahkan pimpinan Anda. Setiap kesalahan yang Anda perbuat baik sengaja maupun tidak sengaja, semua mejadi tanggung jawab Anda sendiri. Anda jangan pernah berkata, misalnya, "Ini kan gara-gara laptopku kau pinjam makanya ini nggak selesai". Sekali-kali jangan, karena ini hanya akan membuat awal kegagalan bagi Anda. Bila terjadi kesalahan atau kegagalan, Anda harus beristighfar dan segera bangkit untuk mengevaluasi mengapa bisa gagal. Setelah itu, Anda harus segera menyelasesaikan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Anda.

Ketiga, orang yang sukses itu harus proaktif. Jangan seperti robot, sekalipun katanya pandai robot itu pasif mau bekerja hanya kalau diperintah. Sedangkan Anda adalah orang yang mempunyai keinginan untuk sukses, berarti Anda harus banyak melakukan inisiatif untuk menyelesaiakan pekerjaan. Memang ada 3 tipe orang dalam melaksanakan pekerjaan:

1. Orang yang melaksanakan pekerjaan harus diberi contoh lebih dulu, baru kemudian ia melakukan duplikasi.
2. Orang yang melakukan pekerjaan selalu minta dituntun, dan itupun masih harus selalu diawasi.
3. Orang yang melakukan pekerjaan cukup dengan instruksi, kemudian secara proaktif ia merusaha memahami dan menterjemahkan untuk segera menyelasaikan pekerjaan itu walaupun tanpa diawasi.

Nah, sekarang tergantung Anda pada bagian mana harus menempatkan diri. Satu lagi yang harus diingat, orang yang proaktif itu tidak tergantung pada banyaknya suara yang berbeda atas inisiatif yang ia kerjakan. Asalkan sudah sesuai dengan norma dan aturan, semua pekerjaan harus jalan terus.

Sebagaimana dilansir oleh Andreas Harefa bahwa Stephen Covey telah mendefinisikan proaktif sebagai kekuasaan, kebebasan, dan kemampuan untuk memilih respons-respons kita terhadap apa yang terjadi/menimpa diri kita berdasarkan nilai-nilai yang kita anut. Dengan kata lain,kalau Anda ingin menggapai sukses jangan hanya duduk termenung sambil meratapi nasib. Atau, jangan hanya pasrah 'nrimo ing pandum'. Tetapi sebaliknya, Anda harus dengan ihlas mau menganalisis diri Anda sendiri untuk menemukan apa kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Mau menggali potensi yang sebenarnya sudah ada dalam diri Anda,hanya mungkin Anda enggan atau malu memunculkan kalau-kalau nanti ditertawakan orang lain. Atau mungkin Anda sudah pesimis dulu akan beberhasilan potensi yang terpendam untuk Anda perjuangkan. Tidak, ini tidak bisa dibiarkan. Kalau Anda tetap bertahan pada perasaan atau sikap seperti ini hanya akan memperpanjang penderitaan yang telah lama Anda nikmati. Anda harus segera bangkit. Anda harus segera melangkahkan kaki menyisingkan baju memutar otak untuk mengambil keputusan-keputusan nyata yang memungkinkan dapat mengorbitkan potensi yang sebenarnya telah lama menunggu di dalam diri Anda. Jangan hiraukan orang lain. Fokuskan perhatian Anda pada pencapaian sukses masa depan Anda. Orang lain itu ibarat penonton, kalau kita berhasil terkadang mereka itu sinis apalagi kalau gagal malah mereka mentertawakan.

MENGHINDARI STRES KETIKA DIBELIT MASALAH

Siapa orangnya yang tidak pernah berbenturan dengan masalah? 
Saya yakin pasti tidak ada. Selama manusia itu hidup pasti selalu menemui masalah. Karena sebenarnya hidup itu adalah masalah. Maka wajar kalau kita dalam menyelami kehidupan sehari-hari ini sering berbenturan dengan masalah.

Satu masalah yang muncul bisa berakibat ganda apabila dalam menyelesaikan masalah tersebut tidak hati-hati. Artinya satu masalah yang muncul harus diantisipasi dengan solusi yang tepat agar masalah tersebut cepat berakhir dan tidak menimbulkan masalah yang lain.
Contoh, jika kamu seorang anak yang sedang beranjak remaja,suatu ketika orang tua anda saling bersiteru atas suatu masalah yang pada akhirnya mereka bercerai. Nah, ini satu masalah muncul bagi anda. Bila anda tidak hati-hati mengantisipasi suasana pasca perceraian orang tua anda masalah baru akan bermunculan. Bisa jadi anda akan merasa kurang kasih sayang, kesepian di rumah, tidak tecukupi kebutuhan keseharian karena ayah sudah pergi, dan banyak lagi masalah bisa muncul.Ini fakta yang bisa menimpa diri anda. Pada kondisi demikian anda dituntut untuk bersikap arif, bijaksana, berkepala dingin, tidak mudah emosi, kalau perlu anda harus mau berbagi dengan orang lain untuk mencari solusi.
Sekali lagi saya ingatkan, " jangan suka mencari kambing hitam atas masalah apapun yang muncul kalau anda tidak ingin setres". Memang banyak orang yang larut dalam setiap masalah yang menghantui dirinya. Mereka suka mencari kambing hitam mudah menyalahkan orang lain, sedang dia tidak mau berpikir bagaimana saya terlepas dari belitan masah. Maka pada akhirnya mereka mengatakan, "stres aku..stres kalau begini kejadiannya". Kalau sudah begini biasanya orang lantas mencari pelampiasan diluar sana yang justru berdampak buruk bagi kehidupannya kini dan masa depannya karena salah langkah mencari solusi masalah.
Sebenarnya yang menjadikan anda ketika menghadapi masalah bisa sampai stres itu bukan masalah yang sedang anda hadapi,tetapi sikap anda yang salah ketika mencari solusi.

REVITALISASI MINDSET

MINDSET. Apa yang membedakan antara dua orang yang berhasil? Apa yang membuat satu orang hebat, sukses dan dahsyat, dangan yang lainnya yang hanya lumayan?

Mungkin pertanyaan di atas terbesit dalam benak kita. Lalu bagaimana tepatnya jawaban dari pertanyaan di atas.? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut maka terlebih dahulu kita harus temukan contoh diri orang hebat tersebut dan mencari tahu bagaimana cara berpikir / mindset mereka dan mereka melakukan kegiatan. Dari sana kita tahu apa yang menjadi pembeda antara dua orang tersebut.

Success-Mindset

Salah satu penemuan penting dari penelitian dua orang pencipta Neuro Linguistic Programming (NLP) yakni Richard Bandler dan John Grinder adalah sesuatu yang biasa digambarkan sebagai “Mindset Kesuksesan / Model Berpikir Sukses”. Bagaimana orang hebat menciptakan model pemikiran / mindset mereka sendiri dan bagaimana model pemikiran / mindset mereka bisa berbeda dari milik orang lain?

Orang-orang hebat tidak memiliki masalah yang lebih sedikit dari orang-orang yang tidak sukses, tetapi mereka benar-benar menangani masalah tersebut dengan cara berbeda. Mindset mereka berbeda! Bukanlah sebuah keberuntungan yang membuat perbedaan tersebut, yang membuat perbedaan hanya cara mereka memandang suatu situasi (baca : Stimulus) dan cara mereka merespon apa yang telah terjadi. Itulah yang membuat perbedaan mindset antara orang biasa saja, dengan orang hebat, sukses dan dahsyat.

Mari kita renungkan sejenak bagaimana selama ini kita menjalani hidup kita? Apakah pada umumnya kita melihat sisi positif dari kehidupan ini ataukah kita jalani hidup dengan susah dan sulit?
Mari pikirkan..!!

Kita analogikan dengan istilah “GELAS SETENGAH KOSONG/SETENGAH TERISI” dalam cara memandang dunia. Sebagian orang mengatakan bahwa gelas tersebut setengah kosong dan yang lain mengatakan bahwa gelas tersebut setengah terisi. Semua jawaban pada dasarnya benar tergantung dari cara kita memandang dan menilai.

Kemudian seorang hebat juga mempunyai mindset yang berbeda. Perbedaan ini ternyata hanyalah perbedaan susunan pola dari mindset tersebut. Lalu apa tepatnya pola ini.? Pola ini adalah pola sebab dan pola akibat. Kemudian selanjutnya adalah pola tersebut dapat diketahui dimana seseorang akan melimpahkan tanggung jawab kehidupannya.

Apakah kita merupakan seseorang yang mau bertanggung jawab atas apapun yang terjadi dalam hidup kita, atau apakah kita merupakan seseorang yang melimpahkan tanggung jawab pada luar diri kita.

Menjalani hidup sebagai SEBAB

Menjalani hidup sebagai sebab ataupun sebagai akiibat dapat menjadi fondasi yang membentuk pola berpikir / mindset seseorang. Berpikir sebagai sebab artinya bahwa kitalah yang bertanggung jawab terhadap kehidupan kita, bertanggung jawab terhadap apa yang telah terjadi, yang terjadi sekarang dan yang akan terjadi di masa depan. Anthony Robbins menyebutkan dalam bukunya Unlimited Power bahwa apapun yang terjadi maka bertanggungjawablah. Orang sukses percaya bahwa apapun yang terjadi, terjadi sekarang dan akan yang terjadi baik itu berupa keberhasilan maupun ketidakberhasilan, merekalah yang menciptakan hal tersebut.

Sebetulnya tidak ada yang namanya kebetulan jika Andalah yang menjadi sebab dari kehidupan anda. Anda diterima bekerja di sebuah tempat bekerja, anda mendapat penghasilan tambahan, dan sebagainya, merupakan hasil dari sebab yang anda buat sebelumnya. Menjadi sebab berarti bahwa Anda sangat menentukan dalam menciptakan apa yang Anda inginkan dalam hidup Anda dan Anda bertanggung jawab atas segala yang terjadi. Anda melihat dunia sebagai suatu tempat yang berisikan kesempatan-kesempatan dan peluang-peluang untuk bergerak maju untuk menggapai apa yang Anda inginkan. Meskipun jika terjadi sesuatu yang di luar perkiiraan Anda, Anda berusaha untuk mencari alternative lain dan kesempatan lainnya. Yang terpenting di sini adalah Anda menyadari bahwa apa masa lalu adalah sebab dari diri Anda sekarang dan sekarang adalah sebab akan terjadinya masa depan.

Orang yang hebat, sukses dan dahsyat menganggap bahwa tidak ada yang namananya kegagalan, Yang ada hanya umpan balik dan pembelajaran.

Menjalani hidup sebagai akibat
Orang yang menjalani hidup sebagai akibat inilah tipe orang yang mempunyai kualititas diri yang buruk. Mengapa demikian.? Terlihat jelas kualitas diri mereka yang buruk dari mindset mereka yang menetapkan diri mereka sebagai akibat. Bagi orang yang menjalani hidup sebagai akibat biasanya selalu Tell Story. Mereka menceritakan suatu cerita, meyakinkan orang lain bahwa bukan mereka yang menjadi penyebab terjadinya suatu keadaan.

Ada 3 hal yang akan dilakukan orang yang menjalani hidup sebagai akibat.
Pertama, mereka akan Blame / menyalahkan. Ketika seseorang mulai menyalahkan, maka ia tidak akan mampu untuk belajar dari hal yang semestinya dapat ia pelajari. Orang seperti ini jika ia bekerja di tempat ia bekerja, kemudian terjadi kegagalan atau sesuatu yang tidak ia inginkan maka ia akan mulai menyalahkan. Menyalahkan orang lain sebagai sebab, menyalahkan lingkungan yang tidak mendukung, menyalahkan fasilitas yang kurang, menyalahkan keadaan yang tidak memungkinkan, menyalahkan dan terus menyalahkan. Sebagai seorang Mindtherapist, saya sering menemukan orang seperti ini. Saat ia merasa bahwa hidupnya sekarang tidak bahagia, ia akan menyalahkan bahwa orang lainlah yang menyakitinya, membuatnya tidak bahagia. Padahal jika ia tidak menyalahkan, maka tentu ia dapat mengambil hikmah, memetik pembelajaran dari hal yang sudah terjadi karena kita tidak bisa mengubah masa lalu.

Kedua, mereka akan Execuse / beralasan. Ketika seseorang mulai beralasan maka ia akan mencari-cari alasan mengapa ia tidak bisa sukses dan mendapat apa yang ia inginkan. Saya ini sudah terlalu tua, saya ini kan anaknya orang miskin, saya ini kan Cuma lulusan SD, saya ini kan orangnya tidak punya bakat lebih, saya ini kan, kan kan kan……. Selama ia terus menerus beralasan, maka ia tidak dapat bertindak sama sekali. Dan tentu saja dengan ketidakadaan tindakan maka tentu tidak ada hasil yang didapat. Pertanyaan saya adalah ada tidak orang yang cuma lulusan SD yang sukses? Anaknya orang miskin yang sukses? Orang yang umurnya sudah paruh baya tetapi dapat sukses? Bob Sadino contohnya, orang yang usianya sudah lanjut namun mampu untuk sukses. Lalu bagaimana dengan Anda.?

Dan yang ketiga, mereka akan Justify / membenarkan orang lain lebih hebat tanpa mau belajar. Upaya ini biasanya digunakan untuk menutupi kelemahan yang ia miliki dan membenarkan orang lain lebih hebat. Ya tentu saja ia sukses, ia kan sudah S2 tentu saja ia diterima. Ada pula yang membenarkan Ia kan anak orang kaya, modalnya besar, sekolahnya kan di sekolah yang bagus, uang saku besar, fasilitas lengkap, ya tentu saja ia bisa sukses. Orang yang demikian selalu mengucap kata “terang saja, tentu saja, tidak heran,sudah selayaknya, sudah sepantasnya, sudah semestinya, dan masih banyak kata justifikasi lainnya”.

Ketiga hal tersebut yakni Blame, Execuse dan Justify (Menyalahkan, Mencari Alasan, dan Membenarkan) adalah ciri-ciri orang mempunyai pribadi rata-rata bahkan lebih rendah.

———————————————————

Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak Anda untuk mulai sekarang mari kita jadikan diri kita sebagai sebab, sebab terjadinya hari ini dan sebab terjadinya masa depan. Miliki cara berpikiri /mindset pribadi hebat, sukses dan dahsyat. Orang-orang yang menjalani kehidupan sebagai sebab, mereka dapat menjalani hidup dengan lebih baik. Mereka dapat menikmati proses pencapaian demi pencapaian, pembelajaran demi pembelajaran. Orang-orang yang hidupnya sebagai sebab suatu sebab selalu mempunyai cara bertanya kepada dirinya dengan cara tertentu. Apapun yang terjadi dalam kehidupan mereka, mereka yang berada pada sisi sebab bertanya pada diri mereka “apa yang saya pelajari dari atau karena kejadian ini”. Lalu untuk membentuk masa depan mereka, mereka bertanya pada diri sendiri “apa yang dapat dan harus saya lakukan sekarang untuk membuatku lebih baik, lebih sukses, lebih bahagia di masa depan”. Kekuatan dari diri mereka adalah cara mereka mengajukan pertanyaan sebagai suatu sebab untuk mendapatkan hasil di depannya. Orang orang demikian juga akan selalu mempergunakan waktu dengan seefektif mungkin dan mereka akan terus menjadikan diri mereka sebagai pribadi yang hebat yang sukses luar biasa dan dahsyat.

Di akhir tulisan ini saya ingin berbagi satu kalimat luar biasa yang terus saya pegang dan menjadi prinsip hidup saya, bahwa “Jika Anda selalu melakukan apa yang Anda lakukan sebelumnya, maka Anda akan selalu mendapatkan apa yang selalu Anda dapatkan sebelumnya”. Maka hari ini, lakukan sesuatu yang berbeda sehingga menjadi sebab yang anda dapatkan dimasa yang akan datang. Sumber:http://solusicerdas.com

ANTARA HIDAYAH DAN KESUKSESAN

Kata Hidayah berasal dari bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang telah menjadi bahasa Indonesia. Akar katanya ialah : hadaa, yahdii, hadyan, hudan, hidyatan, hidaayatan. Khusus yang terakhir, kata hidaayatan kalau wakaf (berhenti) di baca : Hidayah, nyaris seperti ucapan bahasa Indonesia. Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Lawan katanya adalah : “Dholalah” yang berarti “kesesatan”. Secara istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Sebagaimana firman Allah Swt yang artinya:

“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan Pencipta mereka, dan (sebab itu) merekalah orang-orang yang sukses.” (Q.S. Al-Baqarah: 5)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2011, disebutkan bahwa hidayah berarti petunjuk atau tuntunan dari Tuhan dan kata sukses berarti berhasil atau beruntung. Jadi, bila manusia ingin menggapai suatu kesuksesan harus mengikuti petunjuk atau tuntunan dari Allah Swt baik sebelum maupun sesudah kesuksesan itu tercapai.

Berdasarkan ayat Al Qur'an dan pengertian tersebut dapat dinyatakan dbahwa hidayah merupakan perkara yang paling penting dan kebutuhan yang paling urgen dalam kehidupan manusia. Betapa tidak, hidayah adalah sebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Sehingga barangsiapa yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala untuk meraihnya, maka sungguh dia telah meraih keberuntungan atau kesuksesan yang besar dan tidak akan ada seorang pun yang mampu mencelakakannya.

Di atas dikatakan bahwa sebelum kesuksesan itu tercapai dibutuhkan hidayah dalam proses pencapaiannya. Setidaknya ada 2 macam hidayah yang harus dimohonkan kepada Allah Swt. Pertama,hidayah untuk memilih jalan yang lapang yang dapat menghantarkan kita kepada puncak kesuksesan. Kedua, hidayah untuk memilih cara menempuh jalan tersebut agar dengan mudah dapat selamat pada tujuan. Karena hidayah (petunjuk) untuk mengetahui suatu jalan berbeda dengan petunjuk untuk menempuh jalan tersebut. Bukankah anda pernah mendapati seorang yang mengetahui jalan menuju kota Semarang misalnya,kalau berangkat dari Cepu yang paling nyaman ya naik kereta api, akan tetapi ada orang yang memilih mengendarai mobil sendiri padahal dia rambu-rambu yang mengarah ke kota Semarang maka tersesatlah dia.

Demikain pula setelah kesuksesan itu tercapai juga dibutuhkan hidayah untuk memnfaatkannya. Di antara tanda-tanda orang yang mendapat hidayah setelah dia mencapai kesuksesan antara lain:
- dia tidak sombong atas keberhasilannya itu,
- tidak tamak atas hasil diperoleh
- dia semakin tawaduk dan merendahkan diri,
- banyak bersyukur seraya meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.

Allah Ta’ala berfirman:

{مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)” (QS al-A’raaf:178).

Dalam ayat lain, Dia Ta’ala juga berfirman:

{مَن يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا}

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya” (QS al-Kahf:17).
Kebutuhan manusia kepada hidayah Allah Ta’ala

Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita dalam setiap rakaat shalat untuk selalu memohon kepada-Nya hidayah ke jalan yang lurus di dalam surah al-Fatihah yang merupakan surah yang paling agung dalam Al-Qur-an1, karena sangat besar dan mendesaknya kebutuhan manusia terhadap hidayah Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:

{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ}

“Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus”.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Seorang hamba senantiasa kebutuhannya sangat mendesak terhadap kandungan doa (dalam ayat) ini, karena sesungguhnya tidak ada keselamatan dari siksa (Neraka) dan pencapaian kebahagiaan (yang abadi di Surga) kecuali dengan hidayah (dari Allah Ta’ala) ini. Maka barangsiapa yang tidak mendapatkan hidayah ini berarti dia termasuk orang-orang yang dimurkai oleh Allah (seperti orang-orang Yahudi) atau orang-orang yang tersesat (seperti orang-orang Nashrani)”2.

Lebih lanjut, Imam Ibnul Qayyim memaparkan hal ini dengan lebih terperinci, beliau berkata: “Seorang hamba sangat membutuhkan hidayah di setiap waktu dan tarikan nafasnya, dalam semua (perbuatan)yang dilakukan maupun yang ditinggalkannya. Karena hamba tersebut berada di dalam beberapa perkara yang dia tidak bisa lepas darinya:

Yang pertama; perkara-perkara yang dilakukannya (dengan cara) yang tidak sesuai dengan hidayah (petunjuk Allah Ta’ala) karena kebodohannya, maka dia butuh untuk memohon hidayah Allah kepada kebenaran dalam perkara-perkara tersebut.
Atau dia telah mengetahui hidayah (kebenaran) dalam perkara-perkara tersebut, akan tetapi dia mengerjakannya (dengan cara) yang tidak sesuai dengan hidayahsecara sengaja, maka dia butuh untuk bertaubat dari (kesalahan) tersebut.
Atau perkara-perkara yang dia tidak mengetahui segi hidayah (kebenaran) padanya, baik dalam ilmu dan amal, sehingga luput darinya hidayah untuk mengenal dan mengetahui perkara-perkara tersebut (secara benar), serta untuk meniatkan dan mengerjakannya.
Atau perkara-perkara yang dia telah mendapat hidayah (kebenaran) padanya dari satu sisi, tapi tidak dari sisi lain, maka dia butuh kesempurnaan hidayah padanya.
Atau perkara-perkara yang dia telah mendapat hidayah (kebenaran) padanya secara asal (garis besar), tapi tidak secara detail, sehingga dia butuh hidayah (pada) perincian (perkara-perkara tersebut).
Atau jalan (kebenaran) yang dia telah mendapat hidayah kepadanya, tapi dia membutuhkan hidayah lain di dalam (menempuh) jalan tersebut.
Demikian pula perkara-perkara yang dia butuh untuk mendapatkan hidayah dalam mengerjakannya di waktu mendatang sebagaimana dia telah mendapatkannya di waktu yang lalu.
Dan perkara-perkara yang dia tidak memiliki keyakinan benar atau salahnya (perkara-perkara tersebut), maka dia membutuhkan hidayah (untuk mengetahui mana yang) benardalam perkara-perkara tersebut.
Dan perkara-perkara yang dia yakini bahwa dirinya berada di atas petunjuk (kebenaran) padanya, padahal dia berada dalam kesesatan tanpa disadarinya, sehingga dia membutuhkan hidayah dari Allah untuk meninggalkan keyakinan salah tersebut.
Dan perkara-perkara yang telah dikerjakannya sesuai dengan hidayah (kebenaran), tapi dia butuh untuk memberi bimbingan, petunjuk dan nasehat kepada orang lain untuk mengerjakan perkara-perkara tersebut (dengan benar). Maka ketidakperduliannya terhadap hal ini akan menjadikannya terhalang mendapatkan hidayah sesuai dengan (kadar) ketidakperduliannya, sebagaimana petunjuk, bimbingan dan nasehatnya kepada orang lain akan membukakan baginya pintu hidayah, karena balasan (yang Allah Y berikan kepada hamba-Nya) sesuai dengan jenis perbuatannya”3.

Oleh karena itu, Imam Ibnu Katsir ketika menjawab pertanyaan sehubungan dengan makna ayat di atas: bagaimana mungkin seorang mukmin selalu meminta hidayah di setiap waktu, baik di dalam shalat maupun di luar shalat, padahal dia telah mendapatkan hidayah, apakah ini termasuk meminta sesuatu yang telah ada pada dirinya atau tidak demikian?

Imam Ibnu Katsir berkata: “Jawabannya: tidak demikian, kalaulah bukan karena kebutuhan seorang mukmin di siang dan malam untuk memohon hidayah maka Allah tidak akan memerintahkan hal itu kepadanya. Karena sesungguhnya seorang hamba di setiap waktu dan keadaan sangat membutuhkan (pertolongan) Allah Ta’ala untuk menetapkan dan meneguhkan dirinya di atas hidayah-Nya, juga membukakan mata hatinya, menambahkan kesempurnaan dan keistiqamahan dirinya di atas hidayah-Nya.Sungguh seorang hamba tidak memiliki (kemampuan memberi) kebaikan atau keburukan bagi dirinya sendiri kecuali dengan kehendak-Nya, maka Allah Ta’alamembimbingnya untuk (selalu) memohon kepada-Nya di setiap waktu untuk menganugerahkan kepadanya pertolongan, keteguhan dan taufik-Nya. Oleh karena itu, orang yang beruntung adalah orang yang diberi taufik oleh Allah Ta’alauntuk (selalu) memohon kepadanya, karena Allah Ta’ala telah menjamin pengabulan bagi orang yang berdoa jika dia memohon kepada-Nya, terutama seorang yang sangat butuh dan bergantung kepada-Nya (dengan selalu bersungguh-sungguh berdoa kepada-Nya) di waktu-waktu malam dan di tepi-tepi siang”4.
Makna, hakikat dan macam-macam hidayah

Hidayah secara bahasa berarti ar-rasyaad (bimbingan) dan ad-dalaalah (dalil/petunjuk)5.

Adapun secara syar’i, maka Imam Ibnul Qayyim membagi hidayah yang dinisbatkan kepada Allah Ta’ala menjadi empat macam:

1. Hidayah yang bersifat umum dan diberikan-Nya kepada semua makhluk, sebagaimana yang tersebut dalam firman-Nya:

{قَال َرَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى}

“Musa berkata: “Rabb kami (Allah Ta’ala) ialah (Rabb) yang telah memberikan kepada setiap makhluk bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk” (QS Thaahaa: 50).

Inilah hidayah (petunjuk) yang Allah Ta’ala berikan kepada semua makhluk dalam hal yang berhubungan dengan kelangsungan dan kemaslahatan hidup mereka dalam urusan-urusan dunia, seperti melakukan hal-hal yang bermanfaat dan menjauhi hal-hal yang membinasakan untuk kelangsungan hidup di dunia.

2. Hidayah (yang berupa) penjelasan dan keterangan tentang jalan yang baik dan jalan yang buruk, serta jalan keselamatan dan jalan kebinasaan. Hidayah ini tidak berarti melahirkan petunjuk Allah yang sempurna, karena ini hanya merupakan sebab atau syarat, tapi tidak mesti melahirkan (hidayah Allah Ta’ala yang sempurna). Inilah makna firman Allah:

{وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى}

“Adapun kaum Tsamud, mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk” (QS Fushshilat: 17).

Artinya: Kami jelaskan dan tunjukkan kepada mereka (jalan kebenaran) tapi mereka tidak mau mengikuti petunjuk.

Hidayah inilah yang mampu dilakukan oleh manusia, yaitu dengan berdakwah dan menyeru manusia ke jalan Allah, serta menjelaskan kepada mereka jalan yang benar dan memperingatkan jalan yang salah, akan tetapi hidayah yang sempurna (yaitu taufik) hanya ada di tangan Allah Ta’ala, meskipun tentu saja hidayah ini merupakan sebab besar untuk membuka hati manusia agar mau mengikuti petunjuk Allah Ta’ala dengan taufik-Nya.

Allah Ta’ala berfirman tentang Rasul-Nya:

{وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}

“Sesungguhnya engkau (wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam) benar-benar memberi petunjuk (penjelasan dan bimbingan) kepada jalan yang lurus” (QS asy-Syuuraa: 52).

3. Hidayah taufik, ilham (dalam hati manusia untuk mengikuti jalan yang benar) dan kelapangan dada untuk menerima kebenaran serta memilihnya. inilah hidayah (sempurna) yang mesti menjadikan orang yang meraihnya akan mengikuti petunjuk Allah Ta’ala. Inilah yang disebutkan dalam firman-Nya:

{فإن الله يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ}

“Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi hidayah (taufik) kepada siapa yang dikehendaki-Nya” (QS Faathir: 8).

Dan firman-Nya:

{إِنْ تَحْرِصْ عَلَى هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}

“Jika engkau (wahai Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam) sangat mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya dan mereka tidak mempunyai penolong” (QS an-Nahl: 37).

Juga firman-Nya:

{إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}

“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam) tidak dapat memberikan hidayah kepada orang yang engkau cintai, tetapi Allah memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Dia yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS al-Qashash: 56).

Maka dalam ayat ini Allah menafikan hidayah ini (taufik) dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan menetapkan bagi beliau Shallallahu’alaihi Wasallam hidayah dakwah (bimbingan/ajakan kepada kebaikan) dan penjelasan dalam firman-Nya:

{وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}

“Sesungguhnya engkau (wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam) benar-benar memberi petunjuk (penjelasan dan bimbingan) kepada jalan yang lurus” (QS asy-Syuuraa: 52).

4. Puncak hidayah ini, yaitu hidayah kepada Surga dan Neraka ketika penghuninya digiring kepadanya.

Allah Ta’ala berfirman tentang ucapan penghuni Surga:

{وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ}

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kami ke (Surga) ini, dan kami tidak akan mendapat hidayah (ke Surga) kalau sekiranya Allah tidak menunjukkan kami” (QS al-A’raaf: 43).


Adapun tentang penghuni Neraka, Allah Ta’ala berfirman:

{احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ. مِنْ دُونِ اللهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ}

“Kumpulkanlah orang-orang yang zhalim beserta teman-teman yang bersama mereka dan apa yang dahulu mereka sembah selain Allah, lalu tunjukkanlah kepada mereka jalan ke Neraka” (QS ash-Shaaffaat: 22-23)”6.

Dari sisi lain, Imam Ibnu Rajab al-Hambali membagi hidayah menjadi dua:

Hidayah yang bersifat mujmal (garis besar/global), yaitu hidayah kepada agama Islam dan iman, yang ini dianugerahkan-Nya kepada setiap muslim.
Hidayah yang bersifat rinci dan detail, yaitu hidayah untuk mengetahui perincian cabang-cabang imam dan islam, serta pertolongan-Nya untuk mengamalkan semua itu. Hidayah ini sangat dibutuhkan oleh setiap mukmin di siang dan malam”7.

Sumber: 1. https://muslim.or.id
2. https://onlinehidayah.wordpress.com
3. Suharso dan Ana Retnoningsih, 2011, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Widya Karya, Semarang

MENGGAPAI SUKSES DI AKHERAT

Siapa orang yang tidak ingin sukses dalam hidupnya? Mudah, pasti jawabnya tidak ada kecuali orang yang mempunyai kelainan kejiwaan. Sukses dalam arti bahwa seseorang mampu berhasil mencapai fase kehidupan yang jauh lebih baik dari sebelumnya atau bahkan melampaui keberhasilan orang lain.
Perlu diketahui bahwa kesuksesan itu mempunyai 2 dimensi yaitu kesuksesan di dunia dan kesuksesan di akherat.  
Pertama,kesuksesan di dunia sudah kita maklum, artinya jika seseorang dapat mencapai apa yang dicita-citakan bisa dikatakan dia telah berhasil. Orang bisa menjabat jadi bupati dapat dikatakan dia telah sukses, jadi direktur perusahaan juga sukses, apa sajalah pokoknya mencapai keadaan yang lebih baik dari sebelumnya secara umum dapat dikatakan orang tersebut telah sukses. Terlepas apakah cara yang ditempuh untuk mencapai kesuksesan itu sesuai hidayah atau tidak dan setelah kesuksesan itu tercapai akan mendatangkan berkah atau justru menjadi musibah.Saya dan tentu saja juga Anda senantia berusaha berjalan sesuai dengan hidayah agar kesuksesan yang kita capai dapat menjadi berkah bagi diri kita dan juga orang lain.
Kedua, kesuksesan di akherat yaitu satu fase kehidupan yang kekal yang kita tidak ingin sedikitpun tersesat di dalamnya. Pertanyaannya, bagaimana cara untuk mencapai sukses di akherat? Pada umumnya sering kita dengar orang mengatakan semoga kita selamat dunia dan akherat, tetapi sedikit diantara mereka yang menanyakan bagaimana caranya agar dapat selamat di akherat.

Rasulullah Saw telah memberikan rambu-rambu untuk mencapai fase kehidupan yang sukses dan kekal di akherat. Sebagai indikator bahwa seseorang telah mencapai kesuksesan di akhrat adalah mereka kelak dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, itulah berbahagia yang abadi. Untuk mencapai kesuksesan atau kebahagiaan di atas, baiklah kita perhatikan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi sebagai berikut:

من أحب أن يزحزح عن النار ويدخل الجنة فلتدركه منيته وهو وهو يؤمن بالله واليوم الآخر وليأت إلى الناس ما يحب أن يؤتى إليه
Artinya:
Barangsiapa ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga hendaklah ia mati di dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan supaya ia berbuat kepada manusia seperti yang ia sukai diperbuat orang kepadanya.
(H.R. Ahmad)

Sumber: 1. Tafsir Ibnu Kastir QS. 3 : 185
2.Tafsir DEPAG RI QS 003 - AL IMRAN-185

MALAS PEMBUNUH PRESTASI

Sebelum berbicara jauh tentang bahaya malas terhadap pencapaian prestasi,alangkah baiknya kita perhatikan dulu motivasi dan sekaligus perintah dari Allah Swt berikut ini:

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(QS. 3:159)

Ternyata Dzat yang menciptakan alam semesta ini sangat sayang terhadap hamba-Nya. Allah menghendaki hambanya menjadi makhluk yang kuat, manusia yang berprestasi yang disokong dengan semangat dan tekad yang membara. Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya tersesat dan tegelincir ke dalam jurang kenistaan dan kemiskinan. Bukankah pada ayat Al Quran di atas Allah telah menuntunkan agar kita senantiasa membulatkan tekad? Artinya, kita dituntut untuk senatiasa menggantungkan cita-cita yang tinggi yang ditopang dengan semangat dan kemauan yang kuat. Kita dituntut untuk dapat menciptakan karya-karya yang prestatif yang dapat mengangkat harkat dan martabat diri baik di lingkungan masyarakat maupun di hadapan Sang Kholiqnya.

Sangat disayangkan jika Anda mengaku sebagai hamba yang beriman kepada Allah Swt menjadi orang pemalas, malas belajar, malas bekerja, apalagi malas ibadah.....yaach sayang! Mana ada sih orang malas yang sukses? Biasannya sih kebanyakan orang malas itu berprofesi sebagai pengacara....pengangguran banyak acara. Kapan suksesnya?

Asal tahu saja kemalasan adalah musuh produktivitas. Jika kita malas, tidak ada cara lain kita bisa mencapai hal-hal yang berarti. Kita mungkin menunda-nunda melakukan sesuatu, atau bahkan jika kita melakukannya, kita melakukannya dengan setengah hati. Hasil berkualitas tinggi tidak akan tercapai dengan cara-cara seperti itu.

Rasa malas mungkin menjadi momok buat Anda dan bisa menjadi salah satu penyebab yang bisa menghambat Anda untuk meraih kesuksesan. Coba bayangkan bila Anda sedang berusaha membangun sebuah usaha mulai dari awal dengan sebuah perencanaan yang sudah sempurna, tapi tiba-tiba ketika akan menjalankan usaha tersebut malah tersandung masalah sehingga usaha Anda menjadi surut bahkan hampir-hampir bangkrut. Ketika itu Anda datang keteman Anda yang pengacara tadi pasti mereka bilang,"Ah, bisnis kayak gitu kok kamu jalani terus, eman modalmu akan akan ludes tidak bisa kau nikmati. Udahlah gabung aja dengan kite-kite ini yang selalu happy tiap hari....Oyee! Bila Anda tidak dapat mengendalikan emosi, mulailah saat itu rasa malas menghinggapi pada diri Anda. Tentu hal itu akan menjadi penghambat bagi Anda untuk meraih sebuah kesuksesan.

Rasa malas tidak hanya menghalangi Anda dalam hal mengejar kesuksesan. Tapi hampir semua kegiatan yang positif selalu di hambat oleh rasa malas yang ada pada diri Anda. Biasanya orang-orang yang sukses dalam bidang yang ditekuninnya tidak pernah berhenti mencoba dan selalu berusaha untuk mencari solusi dari masalah yang dihadapinya sehingga bisa bersemangat dalam menjalankan aktivitas harian. Bagi orang yang prestatif tidak ada istilah gagal, yang ada hanyalah belajar mencari pengalaman. Karena baginya kesuksesan itu ada dibalik pengalaman yang panjang. Oleh karena itu Anda harus melawan rasa malas itu agar bisa menjalankan semua rencana yang telah dibuat sehingga bisa lebih cepat menggapai cita-cita yang telah ditetapkan sejak lama.

Faktor yang mempengaruhi kemalasan seseorang mungkin akan berbeda-beda tergantung dari keadaan lingkungan, ekonomi dan pergaulan. Misalnya, orang yang secara ekonomi susah akan selalu bekerja keras tanpa malas, karena dia tahu bahwa kalau tidak bekerja tidak bisa makan dan kelaparan. Itupun kalau mereka mau bergaul dengan orang yang visioner yang bisa memberi teladan dan motivasi kepada mereka. Sedangkan orang yang sudah mendapatkan banyak warisan akan cenderung malas bekerja karena dia merasa sudah mempunyai banyak uang dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Apalagi kalau ditambah tiap hari bergaulnya dengan para pengacara tadi wach... bisa berabe deh karena perasaan malas itu akan selalu menghantui jiwa mereka, maka yang akan terjadi pasti suuram masa depannya.

Terlepas dari semua itu, kita harus bisa melawan rasa malas yang ada pada diri kita sehingga bisa terus tumbuh menjadi lebih baik lagi dalam segala hal. Jadi kita perlu untuk mengatasi kemalasan agar menggapai prestasi yang tinggi. Awas, malas pembunuh prestasi.


Sumber: 1. http://www.akuinginsukses.com
2.sarungpreneur.com ›
3. Tafsir Depaq RI,

NASEHAT BUAT TEMAN

Wahai teman-tamanku, tidak banyak yang bisa aku berikan, hanya beberapa kalimat barikut ini yang aku persembahkan mudah-mudahan dapat menjadi bahan renungan dalam mimpi.

1. Sejelek-jelek perilaku seseorang masih juga ada orang yang mau berteman dengannya, sebaik-baik budi pekerti seseorang tetap saja ada orang yang mencelanya. Makanya, Anda jangan pesimis ketika dicela oleh orang lain dalam suatu hal. Tetaplah berbuat kebaikan orang yang lainnya lagi pasti ada yang mau menjadi teman anda.

2. Setiap orang akan bergaul dan berteman dengan komunitasnya masing-masing. Makanya, Anda jangan merasa terkucilkan jika saat ini belum mempunyai teman. Bisa jadi Anda belum mengenali diri Anda sendiri. Maka, kenalilah diri Anda sendiri sejak dini, carilah komunitas yang sesuai dengan diri Anda sehingga Anda mesara nyaman berteman dengan mereka.

3. Tidak ada teman yang abadi, yang ada berteman karena ada kesamaan kepentingan. Karena itu tetaplah berhati-hati bergaul dengan teman, tetaplah menjaga privasi masing-masing walau dengan teman dekat sekalipun. Kedekatan dalam berteman kalau terlalu dekat justru menjadi sangat rentan, begitu ada sedikit perbedaan persepsi tentang suatu hal akan mudah retak dan bisa jadi teman kita akan memisahkan diri sejauh-jauhnya sehingga akhirnya terkesan tidak saling kenal,cuwek satu dengan yang lainnya.

4. Orang bisa jaya karena teman, orang bisa sengsara juga karena teman.>Itulah sobat, bagaimanapun teman tetap diperlukan dalam hidup ini. Hidup tanpa <i>teman </i>hampa rasanya. Bukan omong kosong,yang saya katakan itu banyak fakta yang telah terjadi di lapangan. Sobat, bisa dikatakan teman itu ibarat sebilah pisau, tergantung bagaimana kita melakukan pendekatan terhadap pisau yang ada di sisi kita sehingga pisau dapat bermanfaat bagi hidup kita.

5. Kepribadian seseorang lebih tercermin pada perangai teman bergaulnya. Sejak dahulu kala Rasulullah Saw telah berpesan kepada umatnya melalui sabdanya, "Kalau kamu ingin tahu siapa itu fulan, maka jangan tanya kepadanya "Siapa dirimu". Tetapi tanyakanlah siapa teman bergaulnya".

Faktor - faktor yang Mempengaruhi Penilaian Prestasi Kerja

Pengertian Prestasi Kerja
Kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan peranannya dalam organisasi.

Prestasi kerja (job performent) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Yuli (2005;89)


Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga berbagai kegiatan harus dilakukan organisasi untuk meningkatkannya. Salah satu diantaranya adalah melalui penilaian prestasi kerja. Penilaian prestasi kerja merupakan proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

Penilaian prestasi kerja (Performance Appraisal) adalah proses penilaian prestasi kerja karyawan yang dilakukan oleh organisasi terhadap karyawannya secara sistematis dan formal berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.Yuli (2003;89)

Tujuan dilakukannya penilaian prestasi kerja secara umum adalah untuk memberikan feedback kepada karyawan dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya meningkatkan produktivitas organisasi dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan terhadap karyawan seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan dan latihan, dan lain-lain.


Dengan adanya penilaian pretasi kerja karyawan tersebut dapat membantu meningkatkan motivasi kerja dan sekaligus dapat meningkatkan loyalitas organisasi organisasional. Dimana para karyawan akan mengetahui sampai dimana dan bagaimana prestasi kerjanya dinilai oleh atasan. Kelebihan maupun kekurangan yang ada akan dapat merupakan cambuk bagi kemajuan-kemajuan mereka mendatang.

Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja
Produktivitas kerja yang dimiliki perusahaan pada hakikatnya merupakan suatu akibat dari persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh pegawai. Pegawai akan bekerja dengan penuh semangat apabila ia merasa bahwa kebutuhannya baik fisik maupun non fisik terpenuhi melalui keterlibatan dalam proses produksi pada perusahaan yang bersangkutan. Kedua bentuk kebutuhan itu pada dasarnya sesuai dengan eksistensi karyawan yang bersifat monodualistis karena manusia tersusun dari 2 unsur jasmani dan rohani.

Ada beberapa faktor/ persyaratan yang mempengaruhi prestasi kerja, yaitu :

Keterampilan
Kesediaan pegawai untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat dan tanggung jawab
Pendididikan
Tingkat penghasilan
Sikap etika kerja
Teknologi



Faktor-faktor ini tidak terlepas dari motivasi yang dimiliki karyawan tersebut. Berikut ini akan dibahas mengenai makna dan sifat dari faktor-faktor tersebut.

Keterampilan/ kemampuan karyawan dalam melaksanakan pekerjaaan dan tugasnya; merupakan faktor yang sangat penting agar dapat diperoleh hasil seperti yang diharapkan. Oleh karena itu tugas penting seorang manajer personalia atau kepegawaian adalah melaksanakan program diklat sesuai dengan pendidikan dan kemampuan karyawan seperti yang terdapat pada analisa jabatan.
Kesediaan pegawai untuk melaksanakan tugas dengan penuh semangat; untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pegawai tidak hanya mengejar kebutuhan fisik semata tetapi juga kebutuhan non fisik. Adapun kebutuhan pegawai yang sangat penting adalah kebutuhan yang bersifat psikologis, kebutuhan-kebutuhan utama yang dirasakan pegawai seperti: kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk berhasil, dan lain-lain. Selain kebutuhan psikologis, pegawai juga memiliki kebutuhan yang bersifat ekonomis dan besifat fisik. Kebutuhan yang bersifat fisik yang memungkinkan pegawai bekerja dengan penuh semangat meliputi tata ruang kerja yang nyaman sehingga memungkinkan pegawai bekerja dengan tenang, pakaian kerja, alat pelindung dari pada saat melakukan pekerjaan dan lingkungan kerja seperti udara, suara, cahaya, arna, bahan-bahan, dan alat-alat kerja yang dipergunakan dalam melakukan pekerjaan.
Pendidikan; umumnya seseorang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai produktivitas kerja ditentukan juga oleh tingkat pendidikan.
Tingkat penghasilan yang cukup berdasarkan prestasi kerja pegawai akan meningkatkan produktivitas kerja pegawai. Karena semakin besar gaji yang diterima akan semakin meningkat pula produktivitas kerjanya.
Sikap etos kerja; sikap seseorang dalam membina hubungan yang serasi selaras, dan seimbang sesama pegawai atau orang lain di luar kantor juga ikut mempengaruhi prestasi kerjanya. Lingkungan kerja yang baik harus selalu dijaga agar dapat menciptakan suasana yang tentram dalam bekerja.
Teknologi; dengan adanya kemajuan teknologi meliputi pealatan yang semakin canggih dan otomatis serta praktis dalam penggunaannya dapat mendukung dan mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaan.


Selain faktor yang telah disebutkan di atas, prestasi kerja juga dipengaruhi oleh tingkat disiplin para pegawai, baik dari tingkat kehadiran, jam masuk, ataupun kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.

Penilaian Prestasi Kerja
Organisasi atau kantor perlu mengetahui berbagai kelemahan dan kelebihan karyawan sebagai landasan untuk memperbaiki kelemahan dan menguatkan kelebihan dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pengembangan karyawan. Untuk ini perlu dilakukan kegiatan penilaian prestasi kerja secara periodik yang berorientasi pada masa lalu dan masa yang akan datang.

Penilaian prestasi kerja tidak dapat dipisahkan dengan kebijaksanaan perusahaan di bidang personalia atau kepegawaian. Dengan pelaksanaan penilaian yang ada akan menumbuhkan suasana kerja yang sehat, bersemangat, saling menghargai bidang-bidang lain dan merasa memiliki kantor sebagai suatu kesatuan. Untuk itu semua tentunya dibutuhkan sistem penilaian pelaksaan pekerjaan atau prestasi kerja yang jelas dan objektif yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menilai pegawai secara adil.

Penilaian prestasi kerja menurut Notoadmodjo (2003;45) dikelompokkan menjadi 2 macam, yakni: metode yang berorientasi waktu yang lalu dan metode penilaian yang berorientasi pada waktu yang akan datang.

1. Metode Penilaian Prestasi Kerja Berorientasi Waktu Lalu
Penilaian prestasi kerja yang berorientasi pada masa lalu, artinya penilaian prestasi kerja seorang karyawan yang berdasarkan hasil yang telah dicapai oleh pegawai selama ini. Teknik-teknik penilaian yang dapat digunakan antara lain:

Skala peringkat (Rating Scale)
Checklist
Metode perist iwa kr it is
Metode peninjauan lapangan
Tes prestasi kerja



2. Metode Penilaian Prestasi Kerja Berorientasi Waktu yang Akan Datang
Metode penilaian prestasi kerja yang berorientasi pada waktu yang akan datang.

Memusatkan prestasi kerja karyawan saat ini serta penetapan sasaran prestasi kerja di masa yang akan datang.

Teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain:

Penilaian Diri (Self Appraisals)
Pendekatan Management By Objective (MBO)
Penilaian Psikologis
Teknik Pusat Penilaian



Metode manapun yang harus dianut tergantung kepada kondisi dan situasi suatu kantor. Kantor kecil tentu tidak mungkin menganut suatu metode yang telah dianut oleh suatu kantor besar. Berbagai kantor besar belum tentu menganut metode penilaian yang sama. Metode penilaian mana yang akan dianut tergantung pula terhadap tersedianya tenaga penilai yang berpengalaman dan tersedianya anggaran biaya untuk pelaksanaannya.

Adapun metode penilaian prestasi kerja yang digunakan adalah Rating Scale, yaitu penilaian yang didasarkan pada suatu skala, dari Sanga Baik, Baik, Cukup Baik, Sedang, sampai dengan Kurang pada standar-standar pelaksanaan kerja seperti inisiatif, tanggung jawab, hasil kerja secara umum, dan lain-lain, dan skala tersebut diberi bobot misalnya Sangat Baik bobotnya 91-100.

Bentuk dari penilaian yang dilaksanakan oleh kantor Badan Pusat Statistikyaitu: DP-3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan).

Adapun faktor-faktor yang dinilai dari DP-3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) antara lain:

Kesetiaan
Prestasi Kerja
Tanggung Jawab
Kerjasama
Prakarsa
Kepemimpinan



Keterangan Penilaian DP-3, yaitu:

Penilaian Sangat Baik (SB) dengan nilai 91-100.
Penilaian Baik (B) dengan nilai 75-90.
Penilaian Cukup Baik (CB) dengan nilai 65-74.
Penilaian Sedang (S) dengan nilai 51-64.
Penilaian Kurang (K) dengan nilai s/d 50.



Adapun manfaat dari penggunaan nilai DP-3 bagi para pegawai maupun kantor antara lain:

Untuk menentukan kenaikan golongan.
Untuk mengevaluasi pegawai dalam merencanakan program pengembangan bagi pegawai pada tahun-tahun berikutnya.
Apabila ada mutasi, maka kebutuhan jabatan yang akan diduduki dapat disesuaikan dengan kemampuan kerja.
Untuk memotivasi para pegawai agar bekerja dengan optimal.


Pada evaluasi akhir, hasil penelitian ditandatangani oleh atasan dan pegawai yang dinilai, sehingga pegawai berhak mempertanyakan apabila hasil yang didapat tidak sesuai deengan usahanya.


Sejauh ini penilaian pelaksanaan kerja melalui DP-3 telah berjalan dengan baik dan dianggap memberikan hasil yang baik. Bahkan melalui ini Kepala Kantor dapat dengan mudah melihat dan mengevaluasi pegawai untuk merencanakan pengembangan selanjutnya.

Daftar Pustaka:

Yuli, Sri B. C. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Malang: UMM Press.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumber: www.landasanteori.com ›

Tips Memperlakukan Custumer Untuk Meningkatkan Omset Penjualan

Bagi perusahaan, marketing memang merupakan kegiatan yang memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan maju-mundurnya perusahaan, karena marketing salah satu fungsinya adalah untuk menghasilkan pemasukan. Semakin besar pemasukan maka perusahaan akan semakin maju dan berkembang, sedangkan jika pemasukan kurang atau kecil maka perusahaan akan mengalami kemunduran.

Marketing memang sangat erat kaitannya dengan aktivitas kehidupan kita sehari-hari sebab objeknya ialah Konsumen. Biasanaya kita sebagai konsumen sering dihadapkan pada beberapa pilihan seperti memilih merek dari produk tertentu yang hendak kita beli, dimana kita akan membelinya dan menentukan waktu maupun kualitas saat melakukan pembelian. Jadi kita sebagai konsumen dapat dijadikan informasi yang dibutuhkan oleh para Marketer dalam melakukan kegiatan marketing.

Customer atau konsumen dalam pemasaran bagaikan raja, mereka berhak menentukan pilihan apa saja yang mereka mau. Kondisi psikologis yang demikian inilah yang bisa dimanfaatkan dengan baik oleh seorang marketer untuk mempromosikan produknya.
Pengalaman menghadapi berbagai karakter konsumen merupakan faktor penting yang dapat menentukan tingkat keberhasilan penjualan bagi seorang marketer. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disampaikan tips menghadapi konsumen.

1. Jalinlah komunikasi yang baik

Custumer itu harus diperlakukan dengan baik, anggap mereka sebagai sahabat. Jangan trkesan menggurui mereka. Karena dengan begitu, customer akan merasa lebih nyaman mendengarkan penjelasan tentang produk yang sedang Anda pasarkan. Gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti oleh konsumen. Perhatikan, siapa calon konsumen yang sedang Anda hadapi dan di mana, karena masing-masing dari mereka membutuhkan perlakuan yang berbeda.

2. Bersikap ramah

Sebagai customer servis ketika menghadapi konsumen harus dapat menerapkan pola 3S, salam, senyum, sapa. Ketika bertemu calon konsumen atau setiap konsumen yang baru datang ketika Anda sedang presentasi, berilah salam kepada mereka,sapalah mereka dengan senyuman manis. Dengan demikian, mereka akan senang kepada Anda, senang mendengarkan penjelasan Anda, dan harapannya juga senang terhadap produk yang sedang Anda pasarkan.

3. Sabar

Sabar bukan berarti pasrah ketika produk Anda tidak laku. Anda harus pahami bahwa ketika Anda selesai melakukan presentai tidak serta merta konsumen langsung menerima dan mau membeli produk Anda. Tidak, mereka pasti masih mau bertanya-tanya tentang spesikasi produk, menawar, atau juga mungkin bertanya hal-hal lain yang di luar dugaan Anda. Nah, di sinilah akan diuji kesabaran Anda. Tetaplah bersabar dan berkomunikasi yang akrab dengan mereka. Yang penting, jangan sampai Anda terkesan memaksa konsumen untuk segera membeli produk Anda.

4. Aktif memberi penjelasan

Sebagai customer servis harus paham dan menguasai karaktristik setiap produk yang dipasarkan. Anda harus mampu menjelaskan karakteristik setiap produk secara detail, manfaat produk, keunggulan produk, cara memanfaatkan, cara mengoperasikan, cara pemeliharaan, dan apa saja yang mungkin ditanyakan oleh konsumen Anda harus bisa menjelaskan. Anda jangan sampai terkesan gagap karena tidak paham tentang produk Anda.

Itulah beberapa hal yang harus Anda kuasai jika Anda ingin prestasinya bagus pada perusahaan Anda. Memang ini tidah mudah, membutuhkan waktu dan proses belajar. Untuk meningkatkan kompetensi Anda sebagai seorang marketer, hendaknya Anda harus sering mengikuti diklat marketing, dan juga membaca banyak referensi yang dapat membangkitkan potensi diri Anda. Karena sebenarnya, Anda memiliki potensi diri luar biasa, tergantung Anda sendiri bagaimana mau membangkitkannya atau tidak.